Pernah ngga sih kalian denger
temen, saudara atau orang-orang terdekat kalian yang masih suka mengeluh “Tuhan
tuh kok ya nggak banget banget banget sayang ya samah gue, banyak banget
hal-hal sial yang gue alamin, mana Tuhan keajaiban-Mu itu.. mana?”
Well.. mungkin memang itu
manusiawi, tapi apa iya manusia itu seharusnya bersikap seperti itu terus-
menerus? Kesialan yang kita alami itu kan bisa saja kejadian yang kita
deskripsikan dengan penalaran kita sendiri sebagai kesialan. Padahal menurut Tuhan itu memang
harus kita alami. Dan memang cara Tuhan terkadang beda banget sama cara
berpikir kita, dan mungkin itulah yang membuat kita-kita ini mendeskripsikan
kejadian yang sudah diatur sama Tuhan kita tadi terasa menjadi sebuah kesialan
bagi kita.
Ketika kita semakin sering mendeskripsikan
suatu kejadian dengan penalaran kita sendiri, semakin susah kita menyadari
keajaiban-keajaiban yang sudah Tuhan sediakan setiap harinya bagi kita.
Buru-buru mau berangkat sekolah terus kejebak macet dibilangnya ini hari sial
terus ban motor bocor pulaa -_- , dibilangnya ini hari sial. Secara tidak kita
sadari ungkapan ini pun adalah sebuah pendeskripsian hal yang merujuk ke sebuah
kesialan. Anggapan-anggapan semacam itu memang kritis, tetapi kritisnya
mengarah ke hal yang akan merugikan diri sendiri. Kalau hal semacam itu
dilakukan berulang-ulang dan terus menerus ya kita akan merasa Tuhan itu sama
sekali tidak sayang sama kita. Padahal cara-cara kita dan anggapan-anggapan
kita lah yang membuat rasanya Tuhan itu tidak sayang sama kita, dan di situlah
kesalahan awalnya terletak.
Kita memandang
keajaiban-keajaiban itu adalah sesuatu yang luar biasa yang jarang kita temui,
dan sesuatu yang merubah hidup kita. Ya memang benar, hal-hal itu adalah
keajaiban. Tapi jika kita beranggapan bahwa keajaiban itu hanyalah hal-hal yang
telah disebutkan tadi, ya berarti jangan heran lagi kalau kita akan selalu
mengeluhkan kesialan-kesialan menurut anggapan kita tadi menimpa kita
terus-menerus. Beda hasilnya jika kita mau membuka pemahaman kita dengan
beranggapan bahwa keajaiban itu ada di mana-mana dan keajaiban itu mudah
ditemukan. Seperti ketika gelap boleh berubah menjadi terang itu sudah
merupakan sebuah keajaiban, kita boleh sayang kepada pasangan dan pasangan kita
juga sayang kepada kita itu sudah sebuah keajaiban, dan ketika kita masih
diberi kesempatan untuk bangun pagi dan mempunyai peluang untuk menyelesaikan
tugas dan tanggung jawab kita pun itu adalah sebuah keajaiban. Hal-hal
sederhana itu jika kita mau membuka diri untuk menganggapnya sebagai sebuah
keajaiban, maka kita akan terus mengucapkan syukur. Dan dari ungkapan-ungkapan
syukur itulah wujud dari rasa sembah kita dengan Tuhan akan semakin terasa.
Kemudian jika sudah demikian, maka hal yang tadinya kita anggap kesialan
menurut penalaran kita tadi akan berubah menjadi hal yang merupakan jalan
menuju keajaiban yang sudah Tuhan sediakan setelahnya. Karena untuk menuju
setiap hasil akhir, pastilah dengan caranya yang berbeda-beda.
“Don't ever throw away
your miracle
“Don't let it slip away”
“Nothing should matter”
No comments:
Post a Comment